Malam 1 Suro

Posted by K-One Production on 23.29

K-One Production

Tradisi Menyambut Tahun Baru dalam Kalender Jawa Malam 1 Suro adalah hari yang ditunggu oleh masyarakat Jawa sebagai momen untuk menyambut tahun baru dalam Kalender Jawa. Bulan Suro merupakan bulan pertama dalam Kalender Jawa yang memiliki sistem penanggalan yang dibuat oleh Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam. Tradisi ini biasanya dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Jawa, terutama di wilayah-wilayah bekas Mataram Islam seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Bagi masyarakat Jawa, arti dari malam 1 Suro tidak hanya sebatas menyambut tahun baru. Sura atau Suro merupakan bulan pertama dalam Kalender Jawa yang juga bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam Kalender Hijriah Islam. Kalender Jawa yang diciptakan oleh Sultan Agung merupakan hasil penggabungan sistem penanggalan Saka dan Hijriah. Muharram juga memiliki makna yang sangat bersejarah bagi umat Islam, sehingga bulan ini dihormati dan diharamkan dari hal-hal yang tidak baik. 

Sura atau Suro berasal dari istilah Asyura, yang merujuk pada hari kesepuluh dalam bulan Muharram. Meskipun perayaan dilakukan pada malam 1 Suro, tradisi ini tidak berhubungan langsung dengan perayaan Asyura pada tanggal 10 Muharram. 

Menurut pengamat budaya dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof. Dr. Bani Sudardi, tradisi malam 1 Suro memiliki makna yang sakral bagi masyarakat Jawa. Malam ini diperingati dengan berbagai ritual seperti tirakat dan semadi. Tirakat merujuk pada menahan hawa nafsu atau berpantang, sedangkan semadi merujuk pada bermeditasi. 

Arti dari malam 1 Suro juga berkaitan dengan peringatan pergantian waktu. Waktu memegang peran penting dalam kehidupan, ritual, dan perhitungan-perhitungan. Oleh karena itu, tradisi ini dilakukan sebagai bentuk peringatan terhadap pentingnya siklus kehidupan dan perubahan waktu. 

Malam 1 Suro dirayakan dengan berbagai tradisi, terutama di Yogyakarta dan Surakarta yang merupakan pewaris tradisi Mataram. Misalnya, di Solo, Keraton Surakarta mengadakan kirab Satu Suro yang identik dengan arak-arakan kebo bule pada malam 1 Suro atau sehari sebelum tanggal 1 Suro. 

Di Yogyakarta, Keraton Yogyakarta menyelenggarakan tradisi Mubeng Beteng dan Tapa Bisu pada malam 1 Suro. Tiap daerah di Jawa memiliki perbedaan dalam memperingati malam 1 Suro, namun umumnya semua tradisi tersebut diselingi dengan doa bersama untuk memohon berkah dari Tuhan Yang Maha Esa serta mengusir kemalangan di tahun yang baru. 

Dengan begitu, Malam 1 Suro menjadi hari yang sakral dan memiliki nilai keagamaan dan budaya yang kuat bagi masyarakat Jawa. Tradisi ini mengajarkan kita akan pentingnya melestarikan dan menjaga warisan budaya serta memaknai perubahan waktu dalam kehidupan kita.


Yudi Kurniawan
K-One ProductionUpdated: 23.29

0 comments:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan Baik dan Sopan...


Popular Posts

YouTube


CB